Dalam bukunya yang berjudul
“Mystical Dimensions of Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel, Khidir dianggap
sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai
‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Idris, Ilyas, dan
Isa. Nabi Khidir abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan,
dikatakan bahwa Nabi Khidir telah berusia lebih dari enam ribu tahun.
Dalam kisah literatur Islam, satu
orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Nabi
Khidir. Beberapa orang mengatakan Khidir adalah gelarnya, yang lainnya menganggapnya sebagai nama
julukan. Para cendikiawan telah
menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya sebagai orang suci, nabi, pembimbing
nabi yang misterius dan lain lain.
Menurut salah satu pendapat Nabi
Khidir adalah sepupu Raja Dzul Qarnain dari pihak ibu. Menurut Ibnu Abbas, Nabi
Khidir adalah seorang anak cucu Nabi Adam yang taat beribadah kepada Allah dan
ditangguhkan ajalnya. Ibunya berasal dari Romawi sedangkan bapaknya keturunan
bangsa Parsi.
Perjalanan Nabi Musa Mencari Nabi Khidir
Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di ceritakan dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab menceritakan bahwa pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu dia ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”
Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu. Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.
Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun. Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu. Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga, dia lupa untuk menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya, Nabi Musa berkata kepada Yusya`
“....Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62)
Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.
Yusya’ berkata kepada Nabi Musa, Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh. (Surah Al-Kahfi : 63)
Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.
Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64) ”
Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Nabi Khidir. Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar