Pengajian Online Sebagai Sarana Dakwah

Sabtu, 12 Maret 2016

Kisah Maryam Dalam Alquran

| Sabtu, 12 Maret 2016

Maryam adalah buah hati dari pasangan Imran Bin Matsan dan Hannah Binti Faqudz, kehadiran Maryam sudah dinantikan hannah selama bertahun-tahun, karena pasangan juga diuji ALLAH sudah lama menikah belum mempunyai keturunan. Suatu hari Hannah melihat burung makan bersama anak-anaknya. Melihat ini membuat Hannah ingin anak untuk dirinya sendiri. Dia berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak. Dia berjanji bahwa jika doanya terkabul , kehidupan anaknya akan diabdikan untuk mengabdi Allah. Hannah juga berdoa untuk anaknya untuk dilindungi dari sentuhan setan. Hal ini tertulis di dalam surah alimran yang terjemahannya berbunyi:

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Alimran:35) 

"Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya ahu telah menamai dia Maryam." (QS. Ali Imran: 36)

"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)

Kelahiran Maryam menjadi sedikit masalah bagi ibunya, karenya ayahnya Imran sudah meninggal ketika Maryam masih dalam kandungan, dan sesuai nazar ibunya, dia membawa Maryam ke BAITUL MAQDIS. Setiap orang berlomba-lomba untuk mengasuh Maryam, karena mereka tahu maryam adalah anak Imran. Zakaria berkata: Biarkan aku yang mengasuhnya karena ayahnya adalah kerabat dekatku. Istriku adalah bibinya dan aku adalah seorang Nabi dari umat ini. Aku lebih utama daripada kalian untuk mengasuhnya. Lalu para ulama dan para guru berkata Mengapa bukan kami yang mengasuhnya. Kami tidak akan membiarkan engkau mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari kami. Hampir saja mereka berselisih, sampai mereka sepakat membuat undian. Siapa yang memenangkan undian ini, maka dialah yang akan mengasuh Maryam.

Maryam diletakkan di atas tanah dan diletakkan di sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin mengasuhnya. Kemudian mereka menyuruh maryam mengambil pena tersebut, dan dia mengambil pena Zakaria, lalu Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan agar aku mengasuhnya." Para ulama itu berkata: "Tidak, undian harus dilakukan tiga kali." Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua. Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menantang arus, itulah yang menang:

"Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)


Mereka pun melemparkan pena-pena mereka di sungai sehingga pena-pena itu berjalan bersama arus, kecuali pena Zakaria yang menantang arus. Zakaria merasa bahwa mereka akan puas tetapi mereka bersikeras untuk mengadakan undian yang ketiga kali. Mereka berkata: "Kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus, maka itulah yang akan mengasuh Maryam." Mereka pun melemparkan pena-pena mereka dan semua berjalan menantang arus, kecuali pena Zakaria. Akhirnya, mereka menyerah kepada Zakaria dan mereka menyerahkan anak itu kepadanya agar Zakaria mengasuhnya. 

Nabi Zakaria mulai mengasuh Maryam dan mendidiknya serta menghormatinya sampai ia dewasa. Maryam memiliki tempat khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu MIHRAB yang di situ ia beribadah. Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia selalu beribadah dan salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan menuangkan cintanya kepada Allah SWT. Terkadang Zakaria mengunjunginya di mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria menemuinya dan ia melihat sesuatu yang mencengangkan. Saat itu musim panas tetapi Nabi Zakaria menemui di tempat Maryam buah-buahan musim dingin, dan pada kesempatan yang lain ia menemui buah-buahan musim panas sedangkan saat itu musim dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam: "Darimana datangnya rezeki ini?" Maryam menjawab: "Bahwa itu berasal dari Allah SWT." Pemandangan seperti ini berulang lebih dari sekali: Zakaria tidak menyampaikan kejadian yang dilihatnya kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya, tetapi Allah SWT mengetahuinya sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, lalu ia mendapati buah-buahan yang sebenarnya sudah tidak musim. Zakaria bertanya kepada Maryam:

"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali 'Imran: 37-38)

Related Posts

1 komentar:

  1. Saya agak bingung,dlm alquran diceritakan keutamaan keturunan adam,nuh,dan ibrahim.tp kenapa yg ditonjolkan keluarga imran ya?pada hal imran ini punya datuk bernama sulaiman bin daud.jd kenapa tidak keluarga daud?

    BalasHapus